Rabu, 31 Juli 2013

DESA ABIANBASE, KUTA UTARA, BADUNG, BALI

SELAMAT DATANG DI WEBSITE KAMI.

SEKILAS TENTANG WEBSITE INI:
Website informasi desa ini di kembangkan oleh GLOBAL WEBSITE-IGS grup, yang beralamat di Denpasar. Sebagai sumbangsih kami terhadap Bali kususnya Desa diseluruh pelosok bali, kami sumbangkan walaupun masih sebatas rancangan awal menuju penyempurnaan kedepan. Website Desa ini memberikan gambaran, sekilas desa, potensi desa, program pengembangan desa, profile banjar, dan berbagai potensi yang masih banyak tersimpan/tersembunyi di desa kita, semoga dengan embrio website ini, memberikan nilai tambah untuk membangun desa. silakan kirimdan data potensi desa lewat fax: 0361-422789, email: informasiagp@gmail.com


BALI… Seperti yang kita ketahui bersama Provinsi Bali memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Dalam tata pemerintahannya terkenal dengan pemerintahan dinas dan adat. Keberadaan lembaga adat diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman. Jumlah desa Pakraman pada 2005 sebanyak 1.432 buah, terdiri dari 3.945 buah Banjar Adat. Disamping itu terdapat pula 276 situs bersejarah yang masih terpelihara dengan baik. Jumlah kelompok (sekaha) seni tari di Bali mencapai 3.738 buah, seni musik/kerawitan 7.944 buah dan kelompok pesantian 1.765 buah.

Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali dilandasi filsafah Tri Hita karana, artinya Tiga Penyebab Kesejahteraan yang perlu diseimbangkan dan diharmosniskan yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan manusia dengan lingkungan (Palemahan). Perilaku kehidupan masyarakatnya dilandasi oleh falsafah “KARMAPALA” yaitu keyakinan akan adanya hukum sebab sebab-akibat antara perbuatan dengan hasil perbuatan. Sebagian besar kehidupan masyarakatnya diwarnai dengan berbagai upacara agama/adat, sehingga kehidupan spiritual mereka tidak dapat dilepaskan dari berbagai upacara ritual. Karena itu setiap saat di beberapa tempat di Bali terlihat sajian-sajian upacara. Upacara tersebut ada yang berkala, insidentil dan setiap hari, dan dikelompokan menjadi lima jenis yang disebut Panca Yadnya, meliputi Dewa Yadnya yaitu upacara yang berhubungan dengan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widi Wasa, Rsi Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan para pemuka agama (Pendeta, Pemangku dan lain-lainnya), Pitra Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan roh leluhur (Upacara Ngaben, Memukur), Manusa Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan manusia (Upacara Penyambutan Kelahiran, Tiga Bulanan, Otonan, Potong Gigi dan Perkawinan) dan Buta Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan upaya menjaga keseimbangan alam (Upacara Mecaru, Mulang Pekelem).

Salah satu kearifan lokal yang lain adalah keberadaan Lembaga Subak sebagai lembaga yang mengatur tentang sistem pengairan tradisional Bali yang bersifat sosio-religius. Lembaga ini terdiri dari Subak yang mengelola pertanian lahan basah (sawah) dan Subak Abian yang mengelola pertanian lahan kering (tegalan). Pada tahun ini terdapat 1.312 subak.

Bentuk Desa Di Bali Desa di Bali terutama didasarkan atas kesatuan tempat. Sebagian dari tanah wilayahnya adalah milik para warga desa sebagai individu, tetapi sebagian lagi adalah tanah yang ada di bawah hak pengawasan desa, atau secara konkret dibawah pengawasan pimpinan desa. Desa-desa di pegunungan biasanya mempunyai pola - pola perkampungan yang memusat, sedangkan desa-desa yang mempunyai sistem banjar dan desa-desa di daerah dataran, mempunyai pola yang terpencar.

Di samping kesatuan wilayah maka sebuah desa merupakan pula suatu kesatuan keagamaan yang di tentuakan oleh suatu kompleks kuil desa yang disebut kayangan tiga. ialah Pura Puseh, Pura Bale Agung dan Pura Dalem. Ada kalanya pura puseh dan Pure Bale Agung dijadikan satu dan disebut Pura Desa. Seperti telah diterangkan sebelumnya, konsep mengenai arah adalah amat penting artinya dalam agama orang bali. Hal yang keramat diletakkan pada arah Gunung (Kaja); dan hal-hal biasa yang tidak keramat diletakkan pada arah Laut(Kelod).
Klasifikasi dualistis ini tercermin pula pada letak susunan rumah dan bangunan-bangunan pusat dari desa. Sedapat mungkin bangunan-bangunan dari desa disesuaikan dengan konsep mengenai arah tadi. Misalnya saja pada arah gunung diletakkan Pura Desa, dan pada arah laut diletakkan Pura Dalem (pura yang ada hubungannya dengan kuburan dan kematian) Pada daerah yang mempunyai sistem banjar, maka ada bangunan bale banjar tempat warga mengadakan rapat dan kegiatan-kegiatan lainnya, sedang disekelilingnya terdapat perumahan warga banjar.
Komplek-komplek bangunan (bale) yang ditempati keluarga inti maupun keluarga luas, dibangun diatas suatu pekarangan yang bisanya dikelilingi oleh dinding dengan gapura sempit. Di antara komplek bangunan itu terdapat bangunan untuk tidur, satu atau beberapa dapur, lumbung, tempat untuk menerima tamu, dan kuil untuk keluarga (sanggah). Seluruh komplek sebagai suatu kesatuan disebut Uma. Mengenai letak dari bale, sanggah, dan sebagainya , pada umumnya menuruti pola susunan tertentu. kuil keluarga yang dianggap suci terletak di bagian kaja. Sedang tempat kediaman berada pada arah kelod. Bale (bangunan) masing-masing mempunyai nama tersendiri menurut fungsinya dalam adat maupun dalam kebutuhan sehari-hari.


INFORMASI LEBIH LANJUT:

Pusat layanan website Desa.
GLOBAL WEBSITE | website development international
Jalan Gunung Agung 110 Denpasar-Bali
T/F. 0361-422789 email: InformasiAgp@gmail.com